Objek wisata Batu Angkek-Angkek di Desa Balai Tabuh, Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat
Banyak orang sudah datang dari jauh malah tidak pernah bisa mengangkat batu.
BATUSANGKAR -- Anda pernah
mendengar tentang'batu angkek-angkek' ? salah satu objek wisata budaya
di Minangkabau. Itu adalah salah satu objek wisata unik dari Sumatra
Barat yang tingkat kepopulerannya telah mendunia. Batu angkek-angkek atau batu angkat-angkat merupakan objek wisata yang
sudah dijadikan cagar budaya oleh pemerintah Kabupaten Tanah Datar sejak
tahun 1980.
Batu angkek-angkek terletak di Desa Balai Tabuah,
Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi
Sumatera Barat. Jarak desa ini sekitar 7,5 kilometer dari Kota
Batusangkar. Dari objek wisata Istana Pagaruyung, jarak batu angkek-angkek sepanjang
11 kilometer. Dengan menaiki kendaraan roda dua atau roda empat, batu
angkek-angkek dapat ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit dari Kota
Batusangkar.
Hadi Putra Lagani, salah satu pengelola objek wisata
batu angkek-angkek ini mengatakan rata-rata pengunjung datang karena
masih dalam satu rangkaian perjalanan ke Istana Pagaruyung. "Kalau
orang jalan-jalan ke istana Pagaruyung, bisanya mereka lanjut ke sini.
Karena batu angkek-angkek masih satu rangkaian dengan istana
Pagaruyung," kata Hadi, Sabtu (16/2).
Tapi
pendatang ke batu angkek-angkek kata Hadi juga ada yang memang berniat
berkunjung langsung tanpa harus ke Istana Pagaruyung lebih dulu. Karena
kepopuleran batu angkek-angkek yang sudah sangat sering diliput media
nasional sampai internasional mengundang rasa penasaran para pelancong
lokal, nasional sampai wisatawan mancanegara. Hadi menyebutkan paling sedikit batu angkek-angkek menerima kunjungan
satu hari sekitar 60 orang. Ketika hari libur atau tanggal merah, mereka
bisa kedatangan tamu sampai 500 orang lebih sehari. Pengunjung yang
datang sangat beragam. Mulai dari turis bisa, kalangan artis, budayawan,
pakar, sampai pejabat pernah berkunjung dan mecoba batu angkek-angkek.
Tidak Semua Orang Berhasil MengangkatHadi
mengatakan usia batu angkek-angkek sudah mencapai 500 tahun lebih. Warna
batu ini kuning keemasan. Ada beberapak bagian berlobang hitam karena
mengelupas. Satu sisi cembung seperti punggung kura-kura. Sisi satunya
lagi datar. Di bagian punggung batu ada tulisan kata Allah SWT dan Nabi
Muhanmmad SAW yang sudah tertulis sejak waktu yang sangat lama. Keunikan
batu ini terletak kepada beratnya yang selalu berubah-ubah. Hadi
menjelaskan sejak dulu mitos tentang baru angkek-angkek ini ialah, batu
akan bisa terangkat oleh orang yang doa dan keinginannya terkabul.
Tapi Hadi menimpali, batu angkek-angkek tidak untuk dijadikan tempat
meminta doa atau mewujudkan harapan. Setiap doa yang terkabul kata dia
hanyalah atas kuasa Allah SWT, bukan karena persetujuan batu
angkek-angkek. Batu terletak di bagian tempat yang agak tinggi di
dalam rumah gadang atau disebut di atas Bandua dalam Bahasa Minang.
Kita disarankan membaca salam di dalam hati ketika hendak mendekati
batu. Kemudian kita duduk bersimpuh di depan batu. Sebelum mengangkat,
disarankan membaca basmallah dan salawat nabi sebanyak tiga kali.
Setelah itu batu diangkat dengan cara merangkulkan kedua tangan.
|
|
Percobaan pertama gagal. Batu seperti lengket dengan kuat ke lantai.
Ketika mencoba mengangkatnya sekuat tenaga, batu sama sekali tidak
bergeser sedikitpun dari tempatnya. Seakan batu itu terhubung kuat ke
pusat inti bumi. Ketika gagal mencobanya, pengelola meminta untuk istirahat sejenak.
Setelah itu mencobanya lagi, dimulai dengan salam, basmallah, solawat
dan saya membacakan doa dan keinginan kepada Allah SWT di dalam hati.
Percobaan kedua ini dengan khusuk dan pikiran fokus. Percobaan kedua ini
berhasil.
Batu yang saya rangkul perlahan bergeser dan terangkat sampai ke
pelukan di atas paha. Setelah meletakkan batu di tempatnya kembali,
pengunjung disarankan memberikan seserahan ala kadarnya atau sumbangan
seikhlasnya saja. Hadi mengatakan bisa mengangkat batu
angkek-angkek ke atas paha sudah termasuk pencapaian bagus buat
pengunjung. Karena ada banyak sekali orang sudah datang dari jauh malah
tidak pernah bisa mengangkat batu. Hadi mengatakan modal kekuatan dengan
otot kekar dan usia muda saja tidak cukup buat mengangkat batu ini.
Bila dibilang sulit tidak juga, karena lanjut Hadi ada juga orang tua di
atas 80 tahun malah bisa mengangkat batu dengan mudah.
"Mitosnya
kalau bisa angkat batu angkek-angkek, doa terkabul. Tapi kita tidak
boleh terlalu meyakini itu karena jatuhnya nanti ke syirik. Anggap saja
ini sebagai media suport untuk sebuah niatan yang baik. Penambah
semangat. Kalau berhasil mengangkat, artinya keluar dari sini harus
semangat untuk mewujudkan harapan. Kalau gagal, ya tidak masalah. Biasa
saja," ucap Hadi.
Batu Angkek-Angkek, Batu yang Beratnya Berubah-ubah
Objek wisata Batu Angkek-Angkek di Desa Balai Tabuh, Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat
Jenis batu ini belum diketahui oleh para peneliti.
Batu
Angkek-Angkek adalah salah satu wisata yang unik di Tanah Datar. Batu
angkek-angkek terletak di Desa Balai Tabuah, Nagari Tanjung, Kecamatan
Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Jarak desa
ini sekitar 7,5 kilometer dari Kota Batusangkar. Hadi Putra Lagani, salah satu pengelola objek wisata batu angkek-angkek ini
mengatakan jenis batu ini tidak bisa diketahui oleh para ahli dan
ilmuan sampai sekarang. Karena batu sejenis ini tidak pernah ditemukan
di manapun. Hadi menjelaskan, penelitian dilakukan para ahli baru
sebatas menguji berat batu itu saja. Berat itupun tidak konstan.
Hadi mengatakan berat baru angkek-angkek ini
tidak pernah sama. Terkadang beratnya 10 kg. Terkadang 100 kg, pernah
juga sampai 500 kg. Paling parah kata Hadi batu angkek-angkek pernah
bikin timbangan hancur karena beratnya sangat luar biasa tidak terukur. “Jenis material batu ini belum bisa dipastikan. Terlalu banyak versi. Penelitian mentok pada beratnya saja,” ucap Hadi.
Berawal dari Mimpi Dt Bandaro Kayo
Sekitar
500 tahun lalu, seorang kepala kaum dari suku Piliang Datuak (Dt)
Bandaro Kayo mengalami mimpi bertemu dengan Sykeikh Achmad. Dalam
mimpinya itu, Syeikh Achmad menyuruh Dt Bandaro Kayo mendirikan sebuah
perkampungan. Sekarang nama kampung itu bernama kampung Palangan.
Pendirian kampung itu diawali dengan pembangunan sebuah rumah gadang
sebagai pusat. Saat mendirikan tonggak utama rumah gadang itu, terjadi peristiwa aneh.
Selama 14 hari 14 malam di kampung Palangan, yakni sering terjadi gempa
bumi lokal dan hujan panas bergantian. Karena peristiwa itu dirasa aneh
oleh kaum Dt Bandaro Kayo, kemudian diadakanlah musyawarah untuk
mengambil keputusan kelanjutan pembangunan kampung.
Saat
musyawarah berlangsung terdengar suara gaib dari lobang tempat
pemancangan tiang utama rumah gadang. Tidak jelas itu suara siapa. Suara
itu mengatakan bahwa ada sebuah batu di dalam lobang tempat pemancangan
tiang. Batu itu bernama Batu Pendapatan. Suara Ghaib dari lobang itu berpesan agar batu pendapatan dijaga dengan
sebaik mungkin. Batu ini yang kemudian terkenal dengan nama batu
angkek-angkek. Hadi mengatakan nama asli batu itu tetaplah batu
pendapatan. Batu angkek-angkek merupakan nama yang dipopulerkan oleh
pengunjung.
Dari kisah yang diceritakan turun temurun, kata Hadi
batu pendapatan awalnya berbentuk jengkol. Masyarakat kaum Dr Bandaro
Kayo hanya bisa mengambil sebagian atas. Sebagiannya lagi tidak bisa
terangkat. Cerinya ketika semua orang kampung berusaha mengankatnya,
tanah semakin amblas ke dalam. Jadinya mereka membiarkan batu itu tetap
di dalam lobang. Sekarag Sebagian batu yang tidak terangkat itu tidak
pernah lagi ditemukan. Dan tidak ada yang mencoba mencarinya lagi.
Jadi Obek Wisata Sejak Tahun 80
Sejak
ratusan tahun lalu, sudah banyak masyarakat mengetahui keajaiban batu
angkek-angkek ini. Tapi pemerintah baru menjadikannya sebagai objek
wisata dan cagar budaya yang harus dilindungi sejak tahun 1980. Sejak saat itu, pengunjung batu angkek-angkek semakin ramai setiap
tahun. Bahkan sampai sekarang, batu angkek-angkek selalu didatangi
wisatawan yang datang ke kabupaten Tanah Datar. Ada ungkapan mengatakan,
tidak lengkap rasanya ke Tanah Datar kalau tidak mencoba mengangkat
batu angkek-angkek.
Hadi mengatakan generasi dari Dt Bandaro Kayo
sudah putus. Sekarang Hadi dan keluarganya bertindak sebagai pengelola.
Agar batu ini tetap terawat, pengelola batu angkek-angkek selalu
membersihkan batu ini dengan air biasa agar tidak dihinggapi kuman.
Mereka tidak ingin pengangkat batu dihinggapi penyakit setelah
berkunjung. “Membersihkannya biasa, disiram dan direndam di air di dalam ember, tidak ada ritual khusus” ujar Hadi.
Lantas apakah pembaca tertarik untuk mencoba mengangkat batu angkek-angkek? Anda bisa datang
ke Desa Balai Tabuh, Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang, Kabupaten
Tanah Datar. Bagi Anda yang berasal dari luar Sumatera Barat, jarak
lokasi batu angkek-angkek ada sekitar 93 kilometer dari Bandara
Internasional Minangkabau atau bisa ditempuh dengan waktu sekitar 3 jam
perjalanan darat.